Sebuah sketch dan cerita pendek yang terinspirasi dari lagu ‘Sang Penikam’ dari Noh Salleh.
Masih kuingat, tarikan tangannya yang menjambak rambutku dengan kuat, ketika aku hisap puting payudaranya, lalu kubelai kulit putih porselinnya.
Masih kuingat, suaranya yang lirih memangil namaku, ketika ia mendapatkan puncak kenikmatan.
Masih kuingat, desahan napasnya memastikan aku akan baik-baik saja, ketika ia mengajak ke kamarnya dan berdua kami arungi kenikmatan kali pertama.
Ya Tuhan, aku cinta tubuhnya, jiwanya, semuanya.
Ingin ku miliki dirinya seutuhnya.
Ku cinta dirinya.
Kehadirannya, bagai sinar matahari menyinari bumi.
….
….
Tak bisakah ku gantikan semua yang tercela.
….
…..
Ia adalah putri komando Jepang yang kucinta.
Ia adalah putri ayu yang mencintaiku.
Kami satuan yang terbentuk oleh hati.
Namun ku tersadar harkat pilu yang menyintai rejam.
Aku hanyalah anak dari pesuruh keluarganya. Ibuku tukang cuci mereka.
….
…..
Pagi itu, ku dengar dari sahabat pejuang, akan ada serangan besar-besaran. Nama keluarganya tertoreh di deretan paling atas.
Aku melayang terhempas kenyataan yang membunuhku, dalam jiwaku yang memimpikan rindu.
….
….
Dor!
Tubuh ibunya tergeletak tertembus peluru panas sahabat pejuang.
Dor! Dor!
Disusul tubuh ayahnya menyentuh bumi.
Dor!
Tubuhnya terjatuh dengan sebuah lubang di perut.
Masih kuingat tatapan sedih dari matanya.. ketika sahabat pejuang tersenyum menepuk punggungku.
….
…..
Tak bisakah, ku gantikan semua yang tercela.
Akan ku rengut kebahagiaanmu.
Wahai putriku, maafkan ku lepas pesan ini.
Kau kan membunuhku, dalam bencimu.
Kini aku sendiri, menunggu kehadiranmu membalaskan dendam padaku.
Di sini,
Di lubang yang terbuat dari tanah.
—–o0o—–
Dalam terang malam
Ku cari semua yang telah padam
Dari suaramu
Dendam dan rindu fana
Dan ku melayang
Terhempas kenyataan yang membunuhku
Dalam jiwaku
Aku telah mencarimu
Namun ku tersedar
Harkat pilu yang menyintai rejam
Kaulah putri ayu Yang kan menyimpan dendam
Dan ku berjalan
Menghampiri kenyataan yang membunuhku
Dalam mimpiku
Yang memimpikan rindu
Tak bisakah
Ku gantikan semua yang tercela
Akan ku renggut Kebahagianmu
Wahai putriku
Maafkan ku lepas pesan ini
Kau kan memburuku
Dalam bencimu
Tak bisakah
Ku gantikan semua yang tercela
Akan ku renggut
Kebahagianmu
Wahai putriku
Maafkan ku lepas pesan ini
Kau kan memburuku
Dalam bencimu